Cahaya jingga sore dan suara
debur ombak pantai, serta hembusan angin yang membelai hijabku, mengayun indah
menenangkan jiwa dalam damai. Yah inilah duniaku. Dunia yang hanya perlu
memejamkan matanya untuk berdialog dengan semesta melaui hati.
“Ri.. bangun Ri.. saur”
suara Rini membangunkan aku pagi itu. Yah entahlah aku lelap banget tertidur
malam itu, hingga aku nggak mendengar suara dapur yang brisik teman-teman yang
sedang masak. Mimpi di pantai itu yang membuatku hanyut dalam damai hingga aku
terjaga dalam nyenyaknya tidur.
Dengan masih malas, aku
membuka mata dan aku terkejut bahwa sudah banyak teman-temanku yang siap santap
saur. Malu rasanya. Yah selama berpuasa di Widasari tepatnya di desa Ujung
Pendok, aku yang selalu bangun saur paling akhir. Rini temanku lah yang selalu
membangunkan untuk saur. Sambil merapihkan rambutku yang berantakan aku
bergegas ke kamar mandi untuk membasuh wajahku yang masih lecek.
Kenalin namaku Riyuni,
teman-temanku biasa memanggilku Ri atau yuni (Riyuni). Satu kata untuk
mendeskripsikan aku yaitu “Menyenangkan” hahaha. Nggak benar jika mereka bilang
aku nih jutek. Itu hanya cover depan saja. Seorang Riyuni
adalah orang yang menyenangkan dan sangat baik hati. Hahaha. Di widasari aku
nggak sendiri ada sembilan temanku yang lain, mereka terdiri dari lima
perempuan dan empat laki-laki. Yuk kenalan dengan mereka.
Rini Sri Lestari. Rini adalah
perempuan cantik, lembut dan penuh kasih sayang. Kelembutannya membuat anak
kecil yang ikut les bersamanya mengaguminya. Kalau kata aku pribadi sih, dia
tuh sudah perfect banget jadi perempuan. Rini itu sudah
cantik, baik, lembut, keibuan lagi. Kurang apa coba?
Anengsih. Anengsih itu gemar
banget yang namanya telfonan, dia sanggup telfonan berjam-jam tanpa merasakan
panas telinga. Hampir setiap waktu dia habiskan untuk telfonan. Buka puasa
sambil telfonan, habis buka telfonan, mau tidur telfonan, bangun tidur
telfonan. Hmm (Tepuk Jidat). Tapi dibalik itu dia baik, dia juga cantik, dan
periang. Nggak ada Anengsih nggak rame. Hehe.
Winda Silviana Aeni. Si cantik
Silvi adalah perempuan yang aktif. Hobbinya traveling dan shopping.
Dia termasuk tipe perempuan yang nggak betah diam di rumah. Hampir setiap
kesempatan dia pergi keluar untuk menyenangkan hasratnya pribadinya itu.
Jeleknya dia itu boros, suka hunting ini itu yang sebenarnya
nggak terlalu dia butuhkan. Akibatnya banyak banget barang-barang dia di setiap
sudut kontrakan. Namun baiknya dia, dia itu nggak pernah melupakan
teman-temanya yang ada di rumah. Setiap pergi keluar, dia nggak pernah pulang
dengan tangan kosong, pasti dia bawa makanan, Hmm lumayan makan gratis. Hehehe
Irma Latifatu Z. Cantik,
pintar tapi misterius. Yap temanku yang satu ini cukup misterius. Dia tertutup
mengenai masalah pribadinya tapi sangat terbuka mengenai hal-hal yang berbau
Islam. Yap! Benar saja karena memang bidangnya adalah di Akidah Filsafat.
Pemikirannya yang cukup luas itulah yang membuat dia nggak bisa to the
point. Setiap membahas sesuatu, dia mengajak pendengarnya masuk dalam
contoh-contoh dan pengalamannya. Jadi aku harus mendengar betul-betul dari awal
hingga akhir, barulah aku menemukan inti apa yang dia maksud. Dia juga sangat
dewasa, karena itu juga kami menggapnya kaka tertua. Mau tau kenapa..?
karena dia mampu menjadi penengah juga mampu mengarahkan kami, mengenai langkah
apa saja yang harus kami lakukan. Entahlah jika nggak ada dia diantara kami,
mungkin KKN kami kurang terarah. Kami senang punya kaka sekretaris seperti dia.
Hehehe
Roniah. Diantara kami berlima,
teh ron biasa aku panggil. Dia mempunya ciri khas, apa itu? Teh Roni ketika
tertawa, hmm.. tertawanya menggelegar dan membahana. Namun dia bukan hanya suka
tertawa, tapi juga gemar banget memasak. Yah karena memang dia sudah mempunyai
suami alias sudah menikah. Karena statusnya itulah dia sering banget pulang ke
rumahnya, karena kangen Ayah (suaminya). Hmm..
Dulrakman nama yang sangat
biasa namun penuh kontroversi. Hehe. Pak ketu biasa aku memanggilnya. Dia
adalah ketua KKN dari kelompok 77. Dia adalah laki-laki terformal kelompok 77
punya. Haduuh kaku banget deh. Dia juga terdiagnosa kegalauan cinta yang cukup
akut. Namun dibalik kegalauannya itu, ternyata koplak juga kalau sudah kenal
dekat. Satu hal yang paling aku ingat dari dia yaitu ketika main bulu tangkis
bareng dia. Ampun dah lucu banget. Gayanya, ekspresi wajahnya, hmm nggak
banget!. Tapi aku pasti ketawa kalau ingat hal itu. Dia meng-copy gaya pemain
bulu tangkis ituloh yang terkenal, Taufiq Hidayat tapi KW 10. Hahaha gila
parah!
Next, Wawan Hernawan
laki-laki sunda yang satu ini adalah laki-laki yang paling adem dan manut. Dia
yang nggak pernah protes, dimasakin apa saja dia makan nggak pernah komentar.
dia juga nggak pernah gengsi untuk mencuci piring bekas dia sendiri ataupun
temannya. Dan hal yang paling di ingat dari seorang Wawan itu adalah ketika dia
mau menguras bak mandi anak perempuan yang sudah kotor airnya. Hmm.. itu baru
laki-laki yang baik.. hehehe
Zaki Aulia, laki-laki yang
satu ini adalah laki-laki datar koleksi satu-satunya kelompok 77. Selain gaya
bicaranya yang datar, wajahnya pun sangat datar tanpa ekspresi atau watados
(wajah tanpa dosa). hahaha. Kerena watados itulah ciri yang paling menonjol
dari seorang Zaki. Tapi.. dia cukup lucu.
Dan yang terakhir, Said R,
laki-laki yang satu ini adalah laki-laki yang paling cuek dan menyebalkan.
Gayanya yang kelewat santai membuat kami teman-temannya menjadi gemas. Said
tipe orang yang nggak suka diatur. Dia selalu sibuk dengan hobinya sendiri
yaitu olaraga dengan karang taruna. Hampir setiap hari Said dan anak-anak
karang taruna terlihat bersama di tiap kesempatan. Namun dibalik sisi
menyebalkannya itu dia cukup menghibur dengan cletukan-clutakan dia yang
membuat kami tertawa. Gokil.
Yah itulah kami dengan perbedaan karakter yang menjadi warna dalam cerita KKN kami di Widasari, namun tentu perbedaan itu nggak untuk kami saling mengucilkan, karena dengan perbedaan tersebutlah kami saling melengkapi satu sama lain dan menjadikan kami kelompok KKN 77 yang paling solid. Padahal jika di flashback saat ketika kami baru dipertemukan dalam satu kelompok. Suasananya sangat kaku dan canggung. Yah wajar banget karena kami belum saling mengenal satu dengan yang lainnya, namun setelah kebersamaan sudah tercipta bersama waktu, kebersamaan itulah yang mengeratkan kami dengan tali keakraban dalam canda tawa serta hangatnya sebuah keluarga.
Besambung
No comments:
Post a Comment