• Breaking News

    Saturday, 2 March 2013

    Cerpen Cinta Remaja : Ada Cinta di Putih Abu-abu

    Wadi Nuryadi adalah laki-laki sederhana yang ku kenal tiga tahun yang lalu.  Kami dipertemukan dalam sebuah ruang kelas di sebuah sekolah swasta di Indramayu. Dia adalah satu-satunya laki-laki yang pendiam masa itu. Dia bukan sosok yang keren menurutku. Namun dia nampak cerdas. Pembawaannya yang tenang memberikan kesan bahwa dia adalah laki-laki yang cukup dewasa. Dia mempunyai sorot mata yang tajam, senyum yang menawan. Dia tidak sarkastik. dia punya daya tarik.

    Dia ramah. Dia suka teknologi. Dia terlihat begitu serius sekali ketika berada depan komputer. Apapun yang mengenai komputer dia suka. Jadi tidaklah heran ketika nilai TKJ (Teknik Komputer dan Jaringan) dia cukup unggul di kelas kalah itu. Dia juga suka politik. Dia begitu antusias sekali ketika membahas mengenai pemerintahan di negeri ini.

    Dan kenalkan namaku adalah Riyuni Kiel. Aku bisa dibilang cukup rame dikelas masa itu. Aku suka sekali membuat cletukan-cletukan yang terkadang membuat kelas menjadi ramai. Berbanding terbalik sekali dengan Wadi Nuryadi yang pendiam. Yang biasa aku bilang, dia seperti punya dunia sendiri. Itulah kesan pertama yang aku tangkap ketika pertama kali aku melihatnya. Tak jarang dia asik sendiri dalam kelas. Ketika semuanya keluar untuk kekantin menghabiskan waktu istirahat. Yah begitulah dia, dengan apa adanya dia.

    Berawal dari tugas kelompok, kita mulai saling bicara. Dia baik, dia mau mengajariku tentang apa yang tidak ku mengerti mengenai tugas yang sedang kami kerjakan kala itu. Tak jarang kita pun juka berkomunikasi lewat udara. Dia nyambung. Dia asik. Aku senang bicara dengannya. Eeets…tapi tidak untuk membiarkan kata cinta masuk dalam keakraban kami. Karena aku belum siap bermain dengan kata itu. Aku baru saja sakit. Luka pun  belum sembuh betul.

    Bel sekolah sudah berbunyi, tak lama kemudian satu persatu temen-temen keluar kelas untuk ke kantin. Ketika itu ku lihat Adi sedang diam berdiri di pintu kelas. “Dor!” aku mengagetkan dia dari belakang. Kemudian Adi menolehkan wajahnya ke arahku dengan wajah kagetnya dan kemudian tersenyum.

     “ Ngelamun aja” tanyaku mengawali pembicraan. Namun dia hanya membalas dengan tersenyum. Agak kikuk sih. Tapi aku coba lagi mengajak dia bicara.
    “Kekantin yuk” ajakku. Dia hanya menggelengkan  kepala.
    “Ayoooo” ajakku lagi sembari menarik tangannya. Akhirnya Adi pun mau kekantin bersamaku.
    Ketika selesai dari kantin. Teman-teman memandangi kami berdua.
    “Cie…Cie….” Sorakan ramai teman-teman.
    Tanpa formasi kami langsung memisahkan diri. Oh my god… Rasanya malu sekali. Dan aku rasa Adi pun begitu. Setelah kejadian itu Aku dan Adi jadi sering jadi bulan-bulanan temen-teman di kelas. Guru-guru pun terkadang menjodoh-jodohkan kami. Sempat risih juga sih. Tapi akhirnya aku terbiasa akan hal itu. Aku dan Adi sama sekali tidak keberatan akan hal itu.

    Dengan berjalannya waktu kami jadi semakin akrab. Kami jadi sering bicara. Kami bercanda bersama dan aku banyak mengahabiskan waktu bersamanya. Pelan-pelan aku masuk dalam kehidupannya. Dia… memang berbeda. Dia tak seperti teman-temannya yang angkuh, yah.. bukan aku berprasangka buruk, namun memang kesan itulah yang selalu nampak terpampang nyata di mataku, seperti sengaja mengkotakan siapa mereka. Tapi itu sih memang hak masing-masing mau berteman dengan siapa. Seperti halnya aku dengan Gurytaku (Teman-temanku).

    *****
    Siang itu ketika riuh suara senang menyambut waktu pulang. Satu-persatu teman-teman keluar dari kelas. Aku yang hendak pulang, tiba-tiba pikiranku terkontaminasi wabah galau yang cukup akut. Antara iya atau tidak.. Karena aku belum sempat menjawab pertanyaannya. yah.. Malam itu, tepatnya sabtu dia mengatakan perasaanya pada ku. Malam itu aku sungguh bingung, haruskah aku menerimanya? aku belum siap. Hingga dsiangnya aku masih di selimuti demam kebingungan. Aku harus jawab apa? terima atau tidak. Kaki terasa berat melangkah, mulutku membungkam aku tidak ingin menggantung seseorang atau menyekati seseorang yang jelas-jelas menyukaiku. Hufft! Nyebelin! Adi nampak santai mengangkat bangku, karena kebetulan memang dia dapet jadwal piket hari itu. Aku tak bisa membaca pikirannya.  nggak tahu apakah dia menunggu jawabanku atau tidak. Namun dia sering kedapatan memandingiku secara diam-diam. Huuft! It’s so confuse for me.

     Akhirnya aku putuskan untuk bergegas meninggalkan kelas, dan aku pikir tak perlu untuk aku  menjawab. Aku tidak mau menggantungkan persaan orang yang begitu baiknya pada ku. Namun aku bingung, aku pun memutuskan untuk segera pulang. Namun ketika aku baru sampai pintu kelas, entah kenapa aku balikan badan ku dan aku panggil namanya “Adi” . Mendengar namanya ku sebut dia pun melihat ke arahku. Sejenak aku terdim, lalu ku bilang “YA”. Dia nampak tersenyum, setelah ku bilang “YA”. dia cukup mengerti apa maksud dari kata Ya itu. Kemudian dia mendekatiku, kami saling melemparkan senyum. Oh my God.. jadi kikuk.

    Dia masih nggak percaya aku bilang “YA”. “INI BENERAN? “ Ucap adi memastikan. “YA” tegasku sembari tersenyum. Dia nampak masih terdiam, namun tetap membiarkan senyumnya mengembang di wajahnya.
    “Ya udah Aku pulang yah” ucap ku mengakhiri pembicaraan dengan Adi..
    :)

    Selamat Jadian... 
    04 Desember 2010







    No comments:

    Post a Comment

    Fashion

    Beauty

    Travel